Layla Majnun (Pengantin Surga)


Judul            : Pengantin Surga
Penulis          : Nizami Ganjavi
Penerjemah  : Ali NUr Zaman
Penyunting   : Salahuddien Gz
Penerbit      : Dolpin, Jakarta
Cetakan       : I, Juli 2012
Tebal           : 250 Halaman
ISBN             : 978-979-17998-3-6



          Akhirnya, buku yang kucari-cari sejak dulu sudah di tangan. Ya pengantin surga, judul lamanya "Layla Majnun". Sempet baca beberpa tahun silam, tapi masih banyak yang belum ngerti maksud dari rangkaian kata-kata syair seorang Nizami. Sungguh ketika membaca ini rasanya tak ingin berhenti, terus ingin membalik-balik ke halaman berikutnya, terlena dengan keindahan kata-kata syair dari NIzami. Setelah membaca buku ini, bisa dikatakan Nizami sang raja kata, kata-kata indah, lugas, dan vulgar menghiasi karyanya ini dengan tetap mempertahankan seni kesufiannya. Indah, dan kisah yang tragis.
           Bagian yang kusuka dari buku ini, yakni di bagian "Ketika Rembulan Berjumpa Matahari":

"Tuan yang terhormat! Hanya sejauh ini aku diperbolehkan melangkah, tak lebih dari itu. Bahkan sekarang aku seperti lilin yang terbakar. Bila aku mendekati api, aku akan hangus seluruh. Kedekatan membawa bencana, dan para pecinta harus menghindarinya. lebih baik sakit dari pada setelah itu harus menahan malu karena menanggung perawatan seteah terbakar oleh gairah pertemuan. Kenapa meminta lebih? Bahkan Majnun, pecinta sejati itu, tidak meminta lebih. Pergilah kepadanya! Mintalah kepadanya untuk melantunkan beberapa syairnya untukku. Biarkan ia berbicara, aku akan mendengarnya. Biarkan ia menjadi cawan, aku akan meminun anggurnya!" ujar layla dihadapan majnun yang jaraknya 10 langkah dihadapannya.
Majnun mulai bersyair untuk Layla

Dan siapakah diriku, yang jauh namun dekat darimu??
Aku pengemis yang menyanyi! Layla, kau mendengarku?
Terbebas dari putaran hidup yang membisankan,
Bagiku kesunyian dan kesedihan adalah kebahagiaan.
Kehausan di arus duka kegembiraan, aku tenggelam.
Wahai anak mentari, aku menderita dimalam hari.
Walau terpisah, dua jiwa kita berpadu abadi,
Sebab milikku adalah milikmu, menyatu didalam hati.

Kita adalah dua teka-teki bagi dunia.
Meski desh dan keluhan berasal dari dua bibir kita,
Sesungguhnya itu berasal dari satu mulut saja.
Bila pisau perpisahan membelah kita menjadi dua,
Satu cahaya kemilau menyelimuti kau dan aku,
Seperti dari alam lain, walau terhalang oleh waktu.

Meski disini terpisahkan, disana kita satu adanya.
Bila tubuh-tubuh yang putus as terpisah,
Jiwa-jiwa bebas mengembara dan bercengkrama.
Aku akan hidup abadi, dan Malaikan Maut sendiri,
Tak lagi berkuasa mengendalikan jiwaku ini.
Bersama dirimu dalam kekekalan.
Aku hidup hanya bila kepadaku nepesmu kau tiupkan.

Syair Majnun, yang akhirnya bisa dilantunkan langsung dihadapan sang pujaan hati setelah bertahun-tahun terpisah, yang selama ini syair-syair mereka berdua hanya angin yang mengantarkannya. 
         Satu pesan dari NIzami, "Bakarlah nafsumu seperti lilin yang membakar tubuhnya sendiri, sehingga dunia tak lagi mampu memperbudakmu" dengan begini Cinta hamba terhadap Tuhannya akan sangat besar.

yang suka syair-syair cocok banget baca buku ini, nambah kosa kata alayyy hehehehehe :)




0 komentar:

Posting Komentar

 
Jalan Setapak Blog Design by Ipietoon